Kamis, 13 Juni 2013

Ketika Piala Adipura Disambut Bencana Banjir : Adipura, Awal dari Tantangan yang Lebih Berat

JAYAPURA—Piala Adipura dan dua Piala Adiwiyata Mandiri tiba di Kota Jayapura dengan disambut bencanan banjir yang terjadi pada Selasa (11/06) malam. Meski begitu rombongan yang berbaris sedemikian panjangnya tetap meneruskan pawainya meski tidak sesuai dengan rute yang telah direncanakan sebelumnya.
Setibanya di Kantor Walikota Jayapura, acara dilanjutkan dengan doa syukur yang dipimpin oleh Ketua Klasis GKI kota Jayapura Pdt. Willem Itar, seusainya Walikota Jayapura Drs. Benhur Tommy Mano, MM pun langsung melayani para wartawan untuk memberikan keterangan.
Pada penjelasannnya, ia mengatakan prestasi yang diraih berupa Piala Adipura untuk Kota Jayapura dan Piala Adiwiyata Mandiri untuk SMA N 4 dan SD N 3 Jayapura merupakan sebuah awal untuk menghadapi tantangan yang lebih besar lagi.


Raihan Adipura, ujar Walikota, berarti ada masalah yang dihadapi, dan piala ini diberikan juga merupakan sebuah tantangan untuk menjadi lebih baik lagi. “Ini tantangan bagaiamana kita bisa menghadapi banjir, mengatasi sampah di Kota Jayapura. Tapi itu semua kembali ke pribadi, kesadaran masing-masing untuk tidak membuang sampah sembarangan dan tidak mendirikan bangunan di tempat-tempat yang seharusnya dilarang untuk bangun,” ujarnya.
Yang terpenting walikota mengemukakan Piala Adipura yang telah diraih ini bukan milik Pemkot melainkan milik seluruh masyarakat yang ada di Kota Jayapura, dan tanggungjawab yang diemban setelahnya adalah milik semua orang Port Numbay.
Walikota sedikit bercerita mengenai pengalamannya menerima penghargaan dari tangan Presiden Indonesia. Diungkapkannya saat penerimaan, ia adalah satu-satunya orang Papua yang menerima penghargaan tersebut.
Yang makin membuatnya bangga adalah, a adalah satu-satunya orang yang diberikan senyuman  dan dititipkan pesan oleh Presiden diantara 36 perwakilan Kabupaten/Kota yang menerima penghargaan serupa, dan pesan itu adalah, “pertahankan, tingkatkan, karena anda telah ikut peduli tentang kebersihandan lingkungan hidup di seluruh Indonesia khususnya Kota Jayapura.”
Tidak lupa ia mengucapkan rasa terimakasihnya terhadap seluruh pihak yang telah ikut serta dalam menciptakan Kota Jayapura yang bersih dan indah, mulai dari masyarakat, perusahaan swasta, BUMN serta BUMD.
Begitu pun untuk para pekerja/buruh kebersihan yang biasa ia sebut sebagai “Pasukan Kuning” yang ia anggap jasanya sangat besar karena disaat orang masih tertidur mereka sudah mulai bekerja membersihkan jalan.
Yang luar biasa, kata walikota, dari seluruh daerah yang menerima Piala Adiwiyata Mandiri, seluruhnya hanya meraih satu penghargaan, tetapi kali ini Kota Jayapura membuat prestasi yang lebih dengan menyabet dua piala sekaligus melalui SMA N 4 dan SD N 3 Jayapura.
“Luar biasa Pemerintah Kota Jayapura meraih dua piala Adiwiyata Mandiri, bahkan nilaimnya paling tertinggi di seluruh Indonesia,” ucapnya.
Kembali pada masalah banjir, walikota menegaskan ia akan mulai dari instansinya terlebih dahulu, dan dalam hal ini adalah pada bagian yang mengeluarkan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), pada bagian itulah ia menganggap sangat penting untuk dibenahi guna mengendalikan laju pembangunan yang tidak akan berhenti.
Daerah-daerah yang seharusnya tidak boleh dibangun sudah terlanjur beralih fungsi, dan ini walikota nilai sebagai kesalahan dari semua orang yang membiarkan hal tersebut terjadi.

Walikota : Pemerintah Bukan Tuhan
 Sementara itu di tengah euforia atas diterimanya Piala Adipura untuk Kota Jayapura dari Presiden, muncul banyak cibiran dari berbagai pihak yang meragukan keabsahan Kota Jayapura menerima penghargaan tersebut karena masih kerap terjadi banjir di wilayah yang didiami lebih dai 400 ribu penduduk ini.
Menanggapi hal tersebut, Walikota Jayapura Drs. Benhur Tommy Mano, MM yang baru saja tiba dari Jakarta mengatakan bahwa pemerintah bukan Tuhan yang bisa merubah atau memperbaiki segala sesuatu dalam waktu sekejap.
“Pemerintah Kota Jayapura ini bukan Tuhan, bukan Kun Fayakun, jadilah maka jadilah, tidak, itu harus diprogramkan, di (masukkan ke) APBD Kota baru akan dibuat parit, got, selokan.” Cetusnya di Hall Kantor Walikota Jayapura pada Rabu (12/06) siang.
Didalam dunia birokrasi, pemerintah terikat dengan berbagai macam aturan yang memaksa pemerintah untuk bekerja dengan prosedur yang ada, bila tidak walikota menegaskan pihaknya akan tersandung masalah hukum seperti yang sedang rapai terjadi di daerah lain.
Karenanya untuk mengatasi maslah lingkungan, ia mengajak semua pihak untuk ikut peduli terhadap lingkungan dan tidak menyerahkan semua hal kepada pemerintah karena ini adalah tanggungjawab dari semua orang yang hidup di Kota Jayapura. (ds/don/l03 Bintang Papua
)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar