Senin, 15 April 2013

Tingkatkan Kapasitas Aparatur Kampung, Pemprov Sosialisasikan Pergub No. 83

SENTANI—Guna meningkatkan kapasitas aparatur kampung, Pemerintah Provinsi Papua mensosialisasikan Peraturan Gubernur Nomor 83 Tahun 2008 tentang pedoman pengelolaan keuangan kampung, Selasa (26/03) di Balai Diklat Pertanian Provinsi Papua Kabupaten Jayapura, Yahim.
Dalam sambutan tertulis Penjabat Gubernur Papua drh. Constant Karma yang dibacakan oleh Kepala Bidang Pengendalian Dinas Pendapat Daerah Provinsi Papua Gerson Djitmau, SH.MM mengungkapkan bahwa, dimasa yang akan datang sumber dana perimbangan di kampung bukan hanya dari pemerintah pusat, tetapi juga berasal dari pemerintah pusat, dan pemerintah Kabupaten Jayapura serta sumber-sumber soft loan atau Bank Dunia yang terdiri dari UNDP, UNICEF, AUSAID, USAID, serta sumber dari potensi pendapat asli kampung.
“Diharapkan, di kampung akan banyak dana yang terserap dan dapat digunakan oleh masyarakat untuk membangun kampungnya dan membangun masyarakat dari hasil usaha kampung, hasil kekayaan kampung, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong dan lain-lain pendapatan asli kampung yang sah,” ujarnya.

Komboy: Pemprov Perlu Perhatikan Klub-klub ISL

JAYAPURA -  Eks bintang Persipura yang kini menjadi anggota DPR Papua pada Komisi E yang juga membidangi Olahraga, Jack Komboy, berharap agar Pemerintah Provinsi Papua bisa memberikan perhatian kepada tim-tim sepakbola Papua yang berlaga di kasta tertinggi sepakbola Indonesia, ISL.
Seperti dalam pemberitaan media, saat ini dua tim Papua, Persiwa Wamena dan Persidafon Jayapura sedang mengalami kesulitan financial, kedua tim berharap agar bisa mendapatkan dukungan dari sponsor untuk mensuport eksistensi mereka di Liga Super Indonesia.
“Ini memperihatinkan bagi dunia sepakbola kita, dua tim Papua mengalami kesulitan keuangan, saya berharap agar Pemerintah Provinsi dapat memberikan perhatian kepada klub-klub Papua yang berlaga di Indonesian Super League, karena mereka ikut membawa nama baik Papua dari dunia olahraga,” ujar Jack.

Sepak Bola di Tanah Papua

Sepak Bola merupakan olahraga baru bagi Bangsa Papua yang diperkenalkan oleh para Zendeling lewat sekolah peradaban. Sejak tahun 1917 dibuka Sekolah oleh zending di Kwawi, Joka 1946 dan ODO di Serui 1948 anak-anak pribumi terus di didik agar menjadi generasi yang berguna bagi kampong halamannya. Pada tahun 1925 DS Izaak Samuel Kijne yang dikenal sebagai Rasul Bangsa Papua mengajar dan mendidik anak-anak pribumi yang diseleksi dari dari kampung-kampung untuk di sekolahkan menjadi guru di Miei Teluk Wondama. Dalam pendidikan guru inilah embrio sepak bola modern lahir, dan salah satu putra Papua pertama yang tercatat sebagai penjaga gawang adalah Guru Gustaf Adolf Lanta. Miei inilah tempat yang menjadi pusat sepak bola modern. Setelah tamat guru-guru kembali ke Kampung halaman dan tempat tugas diseluruh Tanah Papua, bola kaki salah satu olah raga yang diperkenalkan. Selama pemerintahan Belanda, sepak bola hanya bermain di tingkat lokal, khususnya di dan sekitar ibukota Hollandia, didirikan pada tahun 1910 dan saat ini (sejak perayaan ulang tahun keseratus pada tahun 2010) resmi disebut Pelabuhan Numbay setelah nama perubahan sementara untuk Sukarnopura (1963-1968) dan Jayapura (1968-2010, nama ini masih banyak digunakan). Hollandia adalah rumah bagi dua asosiasi sepak bola, mengatur kompetisi mereka sendiri, yaitu VHO (Voetbalbond Hollandia en Omstreken, didirikan pada tahun 1950), yang pada awalnya dibatasi untuk orang Eropa dan keturunan mereka, dan VBH (Voetbal Obligasi Hollandia, didirikan pada tahun 1949), di mana penduduk setempat memiliki tempat (di tahun kemudian, Papua juga memperoleh akses ke VHO). Sejak musim 1959, top-3 dari kedua federasi bermain off untuk judul kota, sampai dua federasi bergabung untuk membentuk tingkat atas terpadu (EDH, Ere Divisie Hollandia) di musim 1962.
VOETBAL BOND HOLLANDIA (VBH)